Sudut Pandang
Sudut pandang adalah tempat dimana seorang pengarang melihat sesuatu. Sudut pandang ini tidak diartikan sebagai penglihatan atas suatu barang dari atas atau dari bawah, tetapi bagaimana kita melihat barang itu dengan mengambil suatu posisi tertentu. Perhatikan contoh di bawah ini:
“Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing di atas jalan. Medasing menegakan dirinya dirinya sambil mengawasi ke muka dan iapun berdiri tiada bergerak sebagai pohon di antara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih kecil dari perkataan itu maju sekalian temannya sejajar dengan dia.
Di antara daun kayu tampak kepada mereka tebing itu turun ke bawah; di kakinya tegak pondok, sunyi mati, tak sedikit juapun kentara, bahwa diapun melindungi mereka yang hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-sebentar sapi mendengus dan binatang-binatang itupun kelihatan kekabur-kaburan dakam sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding jauh sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Di keliling pondok itu tergerak pedati, ketiganya sepi dan sunyi pula.
Detail-detail dapat diarahkan kepada segi lain, misalnya pekukisan secara cermat atas seseorang yang berjalan dari suatu bagian ke bagian yang lain dari suatu obyek yang diselidiki. Atau untuk melukiskan perbedaan antara dua hal, maka mula-mula hal yang pertama dilukiskan secermat-cermatnya, kemudian pembicaraan dialihkan kepada hal yang kedua dengan menggambarkan segi-segi yang menunjukkan perbedaan denganhal yang pertama. Seperti halnya dengan menggambarkan suatu hal dengan mempergunakan sudut pandangan yang biasa, maka dalam membuat pertentangan ini, penulis tidak boleh memasukkan detail-detail yang tidak dilihatnya dari tempat itu, walaupun mungkin pengetahuannya tentang hal itu lebih banyak daripada yang dapat dilihatnya dari tempat itu.
Di samping menggambarkan hal atau barang secara mendetail dari suatu segi pandangan tertentu, pengarang dapat mencurahkan perhatiannya terhadap suatu suasana tertentu. Suasana merupakan suatu bagian yang esensil dari sudut pandangan. Suatu suasana yang tengah berlangsung hanya boleh diganggu apabila ada sebab yang sungguh-sungguh dapat dipertanggung-jawabkan, dan harus sudah diadakan persiapan-persiapan ke arah itu.
Walaupun agak menyimpang dari bagian ini, namun agar kita jangan mempunyai gambaran yang terlalu rumit tentang sudut pandang atau point of view ini, maka perlu kiranya diregaskan bahwa sudut pendangan juga mempunyai beberapa pengertian lain.
Pertama sudut pandangan juga mencakup apakah persoalan yang sedang dibahas dilihat dari sudut pandangan orang pertama (saya, kami, kita), atau sudut pandangan orang kedua (engkau, kamu, saudara), atau dengan mempergunakan bentuk tidak berorang atau bentuk sudut pandangan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan dasar pengembangan sebuah alinea, tetapi mencakup konsistensi sudut pandangan dalam sebuah uraian. Bila sekali penulis mempergunakan sudut pandangan orang pertama, maka dalam seluruh karangan itu ia harus tetap mempergunakan orang pertama, jangan berpaling mempergunakan orang kedua atau betuk tak berorang.
Kedua, sudut pandangan juga mencakup pengertian bagaimana pandangan atau anggapan penulis terhadap subyek yang tengah digarapnya itu. Seorang penulis misalnya membuat suatu artikel tentang pemuda-pemudi yang sudah ketagihan ganja, dengan bertolak dari sudut pandangan yang penuh simpati dan kesedihan, dan mengemukakan bahwa terseretnya mereka dalam kebiasaan yang terkutuk itu karena kesalahan orang tuanya. Atau mengenai pokok yang sama ia bertolak dari suatu sudut pandangan yang penuh permusuhan, kemarahan bahwa perbuatan semacam itu hanya merusak moral dan berbahaya bagi bangsa dan Negara. Jadi sudut pandangan yang terakhir ini membuat pengarangnya memilih nada tertentu, kata-kata dan frasa tertentu. Sudut pandangan inilah yang boleh dikatakan membentuk bahan mentah menjadi suatu karangan, ia membantu merumuskan maksud penulis dan membatasi pokok yang akan digarapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar